Bin: Ajakan Jokowi Berpakaian Putih Ke TPS Keblinger
BERITAHEBOH - Aksi Capres petahana Joko Widodo yang mengimbau para pendukungnya untuk memakai baju warna putih ke tempat pemungutan suara (TPS) saat hari pencoblosan berpotensi memecah belah bangsa.
Pengamat politik, Bin Firman Tresnadi menegaskan, terlepas dari rusak atau tidaknya prinsip kerahasiaan pemilu, imbauan Jokowi itu merupakan ajakan sesat.
"Imbauan ini keblinger (sesat atau keliru). Karena sama dengan memecah belah rakyat di bawah," tegas Bin saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (28/3).
Bagaimana tidak, lanjut Bin, dampak dari seruan itu menurut Jokowi bisa saja menimbulkan pembelahan di tengah masyarakat.
"Misalkan warga yang tak memakai baju putih saat ke TPS akan dicap bukan pendukung Jokowi dan itu musuh. Dan ini seperti hukuman sosial bagi warga yang tak mau berbaju putih. Belum lagi potensi intimidasi bagi warga yang tak berbaju putih dan sebagainya," urainya.
Padahal, lanjut Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) ini, masyarakat pada prinsipnya ingin hidup aman dan tenteram tanpa perpecahan pasca gelaran pesta rakyat lima tahunan.
Untuk itu, tegas Bin, jika memang merasa sebagai seorang negarawan, Jokowi diminta untuk segera mencabut imbauan tersebut.
"Saya kira, sudahilah polarisasi ini pada saat pencoblosan. Jangan ditambah-tambah lagi dengan potensi yang akan merenggangkan hidup berbangsa dan bernegara kita. Jika memang Jokowi seorang negarawan, tentunya dia akan mencabut kembali himbauannya tersebut. Jika tidak, rakyat akan paham seperti apa kualitas Jokowi," pungkasnya. [rm]
Pengamat politik, Bin Firman Tresnadi menegaskan, terlepas dari rusak atau tidaknya prinsip kerahasiaan pemilu, imbauan Jokowi itu merupakan ajakan sesat.
"Imbauan ini keblinger (sesat atau keliru). Karena sama dengan memecah belah rakyat di bawah," tegas Bin saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (28/3).
Bagaimana tidak, lanjut Bin, dampak dari seruan itu menurut Jokowi bisa saja menimbulkan pembelahan di tengah masyarakat.
"Misalkan warga yang tak memakai baju putih saat ke TPS akan dicap bukan pendukung Jokowi dan itu musuh. Dan ini seperti hukuman sosial bagi warga yang tak mau berbaju putih. Belum lagi potensi intimidasi bagi warga yang tak berbaju putih dan sebagainya," urainya.
Padahal, lanjut Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) ini, masyarakat pada prinsipnya ingin hidup aman dan tenteram tanpa perpecahan pasca gelaran pesta rakyat lima tahunan.
Untuk itu, tegas Bin, jika memang merasa sebagai seorang negarawan, Jokowi diminta untuk segera mencabut imbauan tersebut.
"Saya kira, sudahilah polarisasi ini pada saat pencoblosan. Jangan ditambah-tambah lagi dengan potensi yang akan merenggangkan hidup berbangsa dan bernegara kita. Jika memang Jokowi seorang negarawan, tentunya dia akan mencabut kembali himbauannya tersebut. Jika tidak, rakyat akan paham seperti apa kualitas Jokowi," pungkasnya. [rm]