Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Main-main dengan Habaib dan Ulama

Jangan Main-main dengan Habaib dan Ulama
Oleh : Ruslan Ismail Mage*
 
Viralnya foto di medsos yang memperlihatkan salah satu sisi dinding rumah yang ditempati Habib Rizieq Shihab (HRS) di Arab Saudi ditempeli bendera yang bagi pembencinya ditengerai sebagai bendera HTI atau ISIS, benar-benar melumpuhkan logika.

Bagaimana mungkin seorang HRS yang statusnya pendatang di Arab Saudi, kemudian mau menempeli dinding rumahnya bendera yang nyata-nyata dilarang keras oleh pemerintah Arab Saudi negara yang memberinya tempat tinggal. Artinya logika para pembenci HRS tidak berfungsi dengan baik, karena tidak memahami atau mungkin pura-pura tidak tahu kalau rakyat Indonesia tidak bodoh lagi. Rakyat pada umumnya sudah mampu menganalisa mana yang benar dan mana yang salah.

Apakah para pembenci HRS belum memahami kalau tindakan main double agensi tidak lagi populer seperti yang terjadi pada krisis Kuba tahun 1961, dimana Uni Soviet waktu itu mengancam Amerika dengan moncong rudal yang di pasang di Kuba. Walaupun mengancam Amerika dengan senjata nuklir, tetapi tidak dapat dilaksanakan hingga berakhirnya perang dingin dan Uni Soviet kemudian hancur terpecah-pecah menjadi beberapa negara.


Jadi kita jangan coba main-main dengan ulama, karena mereka itu mewarisi para nabi dan anbiyah wal mursalin. Jangan menyentuh para ulama, karena ia adalah orang-orang berilmu yang mendapat hidayah dari Allah SWT.

Fakta sejarah menunjukkan ada beberapa kekuasaan akhirnya tumbang, karena mengabaikan ulama yang menyuarakan kebenaran dan keadilan. Salah satunya adalah kekuasaan Raja Reza Pahlevi yang pemerintahannya anti islam didukung oleh Amerika dan sekutunya akhirnya tumbang oleh seorang ulama Imam Khomeini.
 
Banyak dinasti yang kuat dengan depotisme tumbang karena perjuangan ulama yang tidak pernah jenuh menyuarakan keadilan dan kebenaran.

Jadi kalau ingin negara ini tetap berdiri kokoh yang disegani secara politik, dihargai secara ekonomi dan dihormati secara budaya, jangan lagi membenturkan antara ulama dan umarah, karena ulama sebagai pewaris para nabi dijaga dan dilindungi oleh Allah SWT.

Jadi hentikan menfitnah dan mendzolimi ulama untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Semakin difitnah dan didzolimi ulama, akan semakin keras menyuarakan kebenaran dan keadilan sebagai tuntutan alami setiap jiwa. Suara kebenaran dan keadilan laksana tsunami yang akan memperondak-porandakan keangkuhan, kesombongan dan kedzoliman. Sekali lagi semakin difitnah dan didzolimi ulama, akan semakin mendapat simpatik dari rakyat, karena disitu ada campur tangan Tuhan untuk mengangkat derajat orang yang difitnah dan didzolimi, apalagi ulama. Indonesia akan menjadi negara super power kalau ulama dan umarah bersatu membangun bangsa.


*Penulis adalah Direktur Eksekutif Sipil Institut

Sumber: Swamedium