Datangi Ponpes di Malang, MPR Sampaikan Kiprah Ulama Bangun Indonesia
Malang - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid berkunjung ke pondok pesantren Daarul Ukhuwah di Desa Asri Katon, kecamatan Pakis, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (4/10/2018). Dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR RI itu, ia menyampaikan bahwa berkat para ulama dulu, Indonesia dapat bersatu antar umat beragama.
Saat kedatangannya, Hidayat disambut ratusan santri sembari memegang bendera merah putih membuat pagar betis dan mengelu-elukan kedatangan pria kelahiran Klaten Jawa Tengah tersebut di tempat mereka belajar. Bahkan saat hendak meninggalkan pondok pun, para santri berebut untuk berjabat tangan dengan Wakil Ketua MPR. Hidayat datang bersama Anggota Fraksi PKS MPR RI Mardani Ali Sera.
Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa persoalan Islam dan kebangsaan sudah selesai sejak lama. Karena itu tidak perlu lagi ada keributan yang menyoal tentang Islam dan ke-Indonesiaan. Apalagi, lahir dan berdirinya negara Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kiprah dan keikutsertaan umat Islam, khususnya para ulama.
"Negara Indonesia bisa berdiri tegak, salah satunya karena kerelaan para ulama menerima penghilangan tujuh kata dalam piagam Jakarta, sehingga menjadi Pancasila seperti yang ada saat ini. Padahal, bisa saja mereka bersikukuh mempertahankan piagam Jakarta, dengan alasan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam," kata Hidayat, dalam keterangan tertulis.
Hidayat menambahkan, para ulama tidak bersikap arogan. Mereka memilih mengalah dan menerima kesepakatan untuk menghilangkan kata dengan melaksanakan syariat agama Islam bagi pemeluknya, semata-mata karena menghendaki Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 kala itu tetap utuh dan tidak terpecah belah.
Karena itu, Hidayat berharap tidak ada lagi selisih pendapat menyoal Islam dan Indonesia. Serta tidak ada pula ketakutan terhadap Islam dan ke-Indonesiaan itu sendiri. Karena faktanya Islam dan Indonesia memang sudah tidak ada persoalan.
"Karena itu MPR terus melakukan sosialisasi Empat Pilar, termasuk dikalangan santri dan pondok pesantren. Agar tidak ada lagi anak santri yang bilang bahwa Indonesia itu bid'ah, karena berdemokrasi. Faktanya, dalam urusan muamalah, semua boleh kecuali ada dalil yang melarang," kata Hidayat lagi.
Pernyataan serupa disampaikan Mardani Ali Sera. Menurut Mardani, Umat Islam adalah ibu kandung bagi bangsa Indonesia. Terbukti banyak pengorbanan dan perjuangan yang dilakukan masyarakat muslim bagi bangsa Indonesia.
Persoalannya, bangsa Indonesia yang sangat kaya itu saat ini lebih banyak dikuasai asing. Akibatnya cita-cita menjadikan bangsa Indonesia yang adil dan makmur tak kunjung tercapai.
"Karena itu kita harus berpikir bagaimana Pancasila bisa diterapkan minimal tiga bidang, yaitu Ekonomi, pendidikan dan budaya," kata Mardani menambahkan.
Saat kedatangannya, Hidayat disambut ratusan santri sembari memegang bendera merah putih membuat pagar betis dan mengelu-elukan kedatangan pria kelahiran Klaten Jawa Tengah tersebut di tempat mereka belajar. Bahkan saat hendak meninggalkan pondok pun, para santri berebut untuk berjabat tangan dengan Wakil Ketua MPR. Hidayat datang bersama Anggota Fraksi PKS MPR RI Mardani Ali Sera.
Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa persoalan Islam dan kebangsaan sudah selesai sejak lama. Karena itu tidak perlu lagi ada keributan yang menyoal tentang Islam dan ke-Indonesiaan. Apalagi, lahir dan berdirinya negara Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kiprah dan keikutsertaan umat Islam, khususnya para ulama.
"Negara Indonesia bisa berdiri tegak, salah satunya karena kerelaan para ulama menerima penghilangan tujuh kata dalam piagam Jakarta, sehingga menjadi Pancasila seperti yang ada saat ini. Padahal, bisa saja mereka bersikukuh mempertahankan piagam Jakarta, dengan alasan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam," kata Hidayat, dalam keterangan tertulis.
Hidayat menambahkan, para ulama tidak bersikap arogan. Mereka memilih mengalah dan menerima kesepakatan untuk menghilangkan kata dengan melaksanakan syariat agama Islam bagi pemeluknya, semata-mata karena menghendaki Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 kala itu tetap utuh dan tidak terpecah belah.
Karena itu, Hidayat berharap tidak ada lagi selisih pendapat menyoal Islam dan Indonesia. Serta tidak ada pula ketakutan terhadap Islam dan ke-Indonesiaan itu sendiri. Karena faktanya Islam dan Indonesia memang sudah tidak ada persoalan.
"Karena itu MPR terus melakukan sosialisasi Empat Pilar, termasuk dikalangan santri dan pondok pesantren. Agar tidak ada lagi anak santri yang bilang bahwa Indonesia itu bid'ah, karena berdemokrasi. Faktanya, dalam urusan muamalah, semua boleh kecuali ada dalil yang melarang," kata Hidayat lagi.
Pernyataan serupa disampaikan Mardani Ali Sera. Menurut Mardani, Umat Islam adalah ibu kandung bagi bangsa Indonesia. Terbukti banyak pengorbanan dan perjuangan yang dilakukan masyarakat muslim bagi bangsa Indonesia.
Persoalannya, bangsa Indonesia yang sangat kaya itu saat ini lebih banyak dikuasai asing. Akibatnya cita-cita menjadikan bangsa Indonesia yang adil dan makmur tak kunjung tercapai.
"Karena itu kita harus berpikir bagaimana Pancasila bisa diterapkan minimal tiga bidang, yaitu Ekonomi, pendidikan dan budaya," kata Mardani menambahkan.
Sumber: Detik