Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Ilmuwan Jadi Mualaf Gara-Gara Air Liur Anjing

Kisah Ilmuwan Jadi Mualaf Gara-Gara Air Liur Anjing
Hidayah dari Allah SWT memang bisa datang kepada siapa saja dan kapan saja, dan bahkan tidak terduga. Hanya Allah yang tahu mana orang yang berhak mendapatkan hidayah dan mana yang tidak.

Seperti yang dialami seorang ilmuwan ini yang memutuskan untuk jadi mualaf gara-gara air liur anjing.

Kisahnya bermula ketika ilmuwan ahli bakteri itu berkunjung ke Mesir dengan alasan untuk mengikuti anaknya yang menuntut ilmu di sana sekaligus ada pekerjaan yang harus ia selesaikan disana.

Suatu hari, sang ilmuwan tersebut secara tak sengaja membaca buku hadist yang berkaitan dengan kesehatan, namun ia dibuat kaget dan tak percaya ketika ia membaca salah satu hadist Rasulullah SAW.

Dalam hadist tersebut dituliskan tentang sabda Rasulullah SAW, jika seekor anjing menjilat perkakas rumah, maka perkakas tersebut harus dicuci sebanyak tujuh kali dengan air dan salah satunya harus dicampur dengan tanah.

Sang ilmuwan dibuat heran dan bertanya-tanya tentang hadist tersebut. Jika seekor anjing menjilat sebuah perkakas, apa tidak cukup hanya dibasuh dengan air saja dan kenapa harus dicampur dengan tanah?

Ilmuwan itu melakukan penelitian untuk mengetahui kebenaran hadist tersebut.
Untuk menjawab semua itu, dia mencoba mempraktikkannya dengan mengambil salah satu perkakas rumahnya dan dibiarkan dijilat anjing. Setelah itu, dia mencuci perkakas tersebut dengan air tanpa dicampur tanah sebanyak tujuh kali.

Ilmuwan tersebut menemukan bahwa masih ada banyak kuman dan bakteri dalam perkakas uji cobanya ketika diperiksa dengan mikroskop. Kemudian dia kembali mencuci perkakasnya sekali lagi, tetapi kali ini dengan mencampurkan debu.

Setelah diperiksa lagi, sang ilmuwan dibuat terkagum-kagum ketika menemukan semua bakteri dan kuman yang ada dalam perkakas tersebut hilang semua. Dari sanalah dia menjadi seorang mualat gara-gara air liur anjing.

Penemuan bakteri baru ditemukan pertama kali pada tahun 1822 sampai 1895. Sementara itu, Rasulullah SAW sudah hidup jauh sebelum penemuan bakteri itu ditemukan, yaitu pada 570 Masehi sampai 632 Masehi.

Sumber: wowmenariknya